MAKALAH ILMU SOSIAL TENTANG WANITA TUNA SUSILA (WTS)

Anakciremai
By -
1
BAB I
PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang Masalah
Masalah wanita Tuna susila ( WTS ) merupakan masalah sosial karena perbuatan tersebut menyimpang dari norma-norma atau nilai-nilai masyarakat. Banyak istilah yang digunakan bentuk menyebut WTS ini seperti pelacur, balon, sundel dan kupu-kupu malam.
Keberadaan masalah WTS ini telah ada sejak jaman dahulu kala hingga sekarang, namun belum ada yang mengetahuisecara pasti kapan muculnya WTS itu. Konon masalah WTS lahir bersamaan dengan adanya norma perkawinan. Adapun kegiatan WTS adalah melakukan hubungan hubungan seksual dengan laki-laki diluar perkawinan dan berganti-ganti pasangan, serta untuk melakukanya menerima ibalan uang atau bentuk material yang lain: Adapun pengertian WTS menurut Soedjono D. (1977) adalah sebagai berikut :
“ Wanita Tuna Susila atau wanita pelacur adalah wanita yang mejual tubuhnya untuk memuaskan seksual laki – laki siapapun yang menginginkanya, dimana wanita tersebut menerima sejumlah uang atau barang ( umumnya dengan uang dari laki-laki pemakaianya ). ( hal 16 ).

Masalah WTS dinegara khusunya, merupakan masalah yang menghambat lajunya pemembangunan karna dapat merugikan keselamatan, ketentraman jasmani, rohani, maupun sosial. Oleh karena itu kehadiranya di tengah-tangah masyarakat hingga kini banyak mendapat hinaan dan penolakan dari anggota masyarakat.
Banyaknya faktor yang menyebabkan seseorang mejadi WTS, seperti di kemukakan oleh A.S Alam (1984) bahwa.
a. Berasal dari keluarga miskin yang umumya tinggal di daerah terpencil.
b. Berasal dari keluarga pecah (broken home).
c. Telah dicerai oleh suaminya.
d. Pada umumnya tidak mempunyai keahlian tertentu.
e. Melakukan urbanisasi karena menginginkan perbaikan nasib dikota.
Mengingat permasalahan dan dampaknya tesebut, penulis terterik untuk mengangkat masalah Wanita Tuna Susila tersebut.




1.2 Permasalahan
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka masalah penelitian yang akan dirumuskan adalah sebagai berikut :
1) Bagaimana karakteristik WTS
2) Faktor-faktor apakah yang mendorong menjadi WTS.
3) Upaya penanganan yang dapat diberikan terhadap masalah WTS.

1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui latar belakang masalah dan akibat –akibat yang ditimbulkannya.
2. Mengetahui potensi dan sumber yang ada untuk dimanfaatkan dalam upaya penanggulangan masalah WTS.
3. Untuk memberikan pemikiran dalam penanganan masalah WTS melalui pembuatan program.

1.4 Metode Penelitian
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode argumentatif yaitu suatu pendapat / gagasan seperti mempelajari buku-buku, tulisan, media cetak dan lain-lain.

1.5 Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Diharapkan mempunyai kegunaan untuk memberikan sumbangan pengembangan konsep-konsep tentang penanggulangan WTS.
2. Dapat memberikan sumbangan positif bagi upaya penanggulangan masalah WTS.

1.6 Sistematika Penelitian
Penelitian ini disusun dengan sistematika sebagai berikut :
BAB I : Pendahuluan yang membuat latar belakang masalah, permasalahan, tujuan pemelitian, metode penelitian, kegunaan penelitian, sisematika penelitian.
BAB II : Pembahasan
BAB III : Penutup yang memuat kesimpulan dan saran.
BAB IV : Daftar Pustaka



BAB II
PEMBAHASAN


2.1 Gambaran Masalah
Masalah WTS selalu ada pada setiap Negara maupun daerah dan merupakan masalah sosial yang sulit untuk dipecahkan. Adanya WTS ditengah masyarakat ini dianggap sebagai permasalahan sosial dan sangat mengganggu masyarakat disekitarnya. Ini karena perbuatan tersebut dilarang oleh agama maupun norma-norma masyarakat yang mana perbuatan tersebut adalah dosa besar.
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Johan Suban Tukang (1990) bahwa dunia pelacuran adalah tempat berkembangnya penyakit hubungan kelamin, AIDS, gonohoe, dan sebagainya.
Sementara itu Kartini Kartono dalam bukunya Patologi Sosial (1983) menyebutkan akibat-akibat yang ditimbulkan dari pelacuran yaitu :
1. Menimbulkan penyakit kulit dan kelamin.
2. Merusak sendi-sendi kehidupan keluarga.
3. Dapat menimbulkan disfungsi sosial.
4. Pelacur dijadikan alat untuk mencari nafkah.


2.2 Penanggulangan Masalah
Perlu adanya pelayanan sosial yang tepat dan menyuluh dengan tujuan menolong individu-individu (WTS) untuk memulihkan, memelihara dan meningkatkan kefungsian sosial.
1. Jenis Program Pelayanan
Program penanggulangan masalah WTS, meliputi :
a. Program pelatihan kerja sesuai bakat dan minat terdiri dari :
1. Menjahit pakaian
2. Tata boga
3. Kerajinan tangan dan anyaman
b. Konsultasi Psikologis.
c. Pendidikan agama dan akhlak.





BAB III
PENUTUP


3.1 Kesimpulan
Wanita tuna susila atau yang kebih dikenal dengan sebutan WTS atau pelacur merupakan salah satu masalah sosial yang keberadaannya sudah sangat lama dan sebagai masalah sosial karena perbuatan ini dianggap melanggar norma-norma masyarakat maupun agama.
Dampak dari WTS yang sangat besar dari masalah WTS ini maka perlu dilakukan upaya penanggulangan masalah WTS melalui program kegiatan meliputi : Program pelatihan kerja, bimbingan dan penyuluhan sosial, konsultasi psikologi dan pendidikan agama dan akhlak.


3.2 Saran
Berdasarkan lingkup masalah dan pelaksanaan program kegiatan agar dapat berhasil dan berdaya guna, maka perlu adanya beberapa saran yang harus dilakukan, yaitu sebagai berikut :
a) Masyarakat dapat menerima WTS yang ada di lingkungannya yang berusaha meninggalkan profesinya dan memberikan kesempatan untuk keberfungsian sosialnya.
b) Pemerintah dan istansi terkait serta (tokoh) masyarakat hendaknya dapat membantu secara aktif dalam upaya penanggulangan masalah WTS, disamping itu juga memberikian bantuan, dorongan baik moril, materil, maupun spiritual.
c) Melaksanakan program-program.



DAFTAR PUSTAKA


Alam. A.S DR. 1984, Pelacuran dan Pemerasan. Bandung : Alumni
Kartono, Kartini. 1992. Patologi Sosial. Bandung : CV Rajawali
Dirdjosisworo, Soedjono. 1997. Pelacuran Ditinjau dari Segi Hukum dan Kenyataan dalam Masyarakat. Bandung : PT Karya Nusantara



Posting Komentar

1Komentar

Posting Komentar