MAKALAH BELAJAR BERBASIS ALAM

Anakciremai
By -
0
BELAJAR BERBASIS ALAM

Setelah posting posting pertama yang berjudul reorientasi pendidikan agama islam Pak Toto Warsito M.Ag. kembali memberikan buah karyanya kepada anakciremai yang berjudul belajar berbasis alam. postingan ini juga bisa anda baca di sinarmedia-news.com berikut tulisannya.

Alam raya adalah guru sejati, segala yang berjalan di dalamnya sesungguhnya adalah mata pelajaran yang sedang dituturkan. Setiap detik, pelajaran-pelajaran itu terus dihujahkan, yang pada akhirnya, semua dikembalikan kepada kita, apakah kita mau menjadi murid yang baik, yang mau mendengarkan saat guru menyampaikan pelajarannya, ataukah kita akan sibuk dengan diri kita sendiri. Alam raya serta segala aneka ragam wujud yang ada, adalah batu petunjuk. Adapun manusia yang berada di alam dan yang melihatnya, tak ubahnya orang-orang yang melihat relif-relif bebatuan pra sejarah untuk pertama kalinya. Bagi orang yang tiada mengerti, relif-relif itu atau coretan pahatan-pahatan di atas batu itu merupakan pahatan yang tiada berarti, coretan iseng yang tiada memiliki faedah apapun, sementara seorang arkeolog melihatnya sebagai sesuatu yang sangat berharga, coretan-coretan itu, merupakan jejak yang menginformasikan data sejarah masa silam.



Bagi orang awam, alam raya seperti coretan dinding yang tiada berharga, sementara orang arif menangkapnya sebagai pesan-pesan ilahiah,sebuah pesan yang membuat mereka semakin mendekati Allah swt dan semakin taqwa kepada-Nya. Dengan penuh ketakjuban dan keikhlasan keluarlah dari mereka pernyataan indah,"Sungguh tiada satu pun ciptaan Tuhan yang sia-sia." Alam adalah guru, dalam memberikan pelajarannya alam begitu lembut dan pitutur kehidupannya begitu menyentuh hati. Beruntunglah orang-orang yang mau berada dalam keheningan, menyimak pitutur-pitutur itu. Lebih-lebih orang-orang yang mengambil sari pitutur kehidupan itu sebagai teladan dalam menjalani hidup. Alam merupakan salah satu media pembelajaran potensial yang saat ini hampir dilupakan oleh praktisi pendidikan.

Mereka kurang menyadari kalau alam sangat bagus digunakan sebagai tempat untuk melakukan proses belajar. Belajar dari alam bukan berarti kita hanya sibuk memperhatikan gejala-gejala yang ditimbulkan oleh alam. Atau mengamati apa saja yang dihasilkan oleh alam. Belajar dari alam adalah alam digunakan sebagai tempat untuk melakukan proses belajar mengajar, dan apa yang bisa kita gunakan dari alam sebagai alat peraga atau pendukung dalam proses belajar. Siswa tidak hanya memahami materi yang diberikan oleh guru sebatas pada alam ide, tetapi juga bisa mempelajari secara empiris. Dalam pembelajaran biologi misalnya, siswa bisa belajar tentang jenis-jenis ikan dan bagaimana cara memeliharanya dengan baik. Untuk penggalian lebih dalam tentang hal ini, siswa bisa melakukan interaksi atau wawancara dengan petani ikan. Bagaimana pakannya, cara memeliharanya dan bagaimana cara menanggulangi penyakitnya. Karena secara praktik, petani ikan lebih paham tentang ikan ketimbang guru yang sekedar tahu dari buku. Contoh lain misalnya, dengan menggunakan pelajaran terpadu IPS, IPA, Matematika dan PAI yang memiliki titik temu materinya. Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok untuk melakukan belajar langsung ke para petani yang berada di sawah atau kebun yang berhubungan dengan tema materi yang diberikan kepada siswa. Anjuran Belajar dari Alam Alquran mendorong kita untuk menggunakan akal, berpikir, merenung ( Ya?qilu, yatafakkaru, dan yatadabbaru ), ayat Alquran banyak sekali dengan perkataan itu, baik yang bernada pujian bagi yang melakukannya, ataupun bernada gugatan bagi yang meninggalkannya. Seperti dalam QS. Ali Imran ayat 190 yang artinya:"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal". Ini membuktikan bahwa alam diciptakan bukan hanya untuk dinikmati, tetapi harus dimanfaatkan sebagai media untuk mendatangkan hikmah pada manusia untuk selalu taat kepada Allah Swt.

Alam juga merupakan bukti kebesaran-Nya, sehingga manusia harus senantiasa tafakur, tadabur dan tasyakur. Masih banyak ayat Alquran yang menganjurkan kita belajar dari alam, seperti QS Al Hajj :18, QS Yunus : 101, QS Lukman : 20 semuanya menganjurkan agar kita senantiasa mengambil pelajaran dari fenomena yang terjadi di alam jagat raya ini. Apa dan Bagaimana Belajar Berbasis Alam Belajar dari alam dapat diartikan secara sederhana adalah menjadikan alam sebagai sumber, media dan sarana belajar untuk memetik ilmu pengetahuan ( Hesti,2007:17). Alam adalah ruang yang memiliki karakteristik geografis yang luas, kaya dan variatif. Sekolah yang berada di daerah pegunungan atau pedesaan dan sekolah yang berada di daerah pantai tentunya memiliki keberagaman dalam belajar dari alam. Tidak sedikit orang menilai bahwa belajar merupakan aktivitas yang hanya terbatas pada ruang kelas. Memang pengertian ini tidak bisa disalahkan sepenuhnya. Namun akibat dari sempitnya pengertian terhadap belajar dan pendidikan, menyebabkan sekolah menjadi gersang dan tidak membuat anak-anak merasa kerasan dan nyaman. Sekolah kemudian hanya menjadi tong sampah kesalahan banyak orang, khususnya orang tua, karena sekolah dianggap tidak sesuai dengan harapan masyarakat. Belajar berbasis alam diharapkan dapat mengubah cara pandang, bahwa sekolah yang berkualitas tidak melulu mahal. Cara pandang yang banyak berkembang di masyarakat, menyebabkan bahwa pendidikan yang berkualitas sulit dijangkau oleh masyarakat bawah. Untuk mengubah hal tersebut diperlukan sistem pendidikan yang berkualitas dan terjangkau, tidak bergantung pada alat peraga yang mahal, tetapi mengacu pada alam sebagai sumber ilmu pengetahuan. Kelebihan Belajar dari Alam Belajar berbasis alam mempunyai beberapa kelebihan di antaranya adalah pertama, melaksanakan anjuran agama karena ada beberapa nash yang menganjurkan kepada kita agar mengambil hikmah dari alam. Kedua, melatih, mengasah dan merangsang daya intelegensi untuk bisa berkomunikasi dengan alam, sehingga kemudian diharapkan terjalin hubungan yang erat dan harmonis antara manusia dan alam. Ketiga, bisa beradaptasi dengan nuansa alam local, dengan begitu para siswa tidak akan merasa teralienasi oleh keadaan alam di daerahnya sendiri. Keempat, me-refresh kepala dari kepenatan rutinitas dan aktivitas, karena keseringan belajar di dalam kelas yang terkadang membuat para siswa merasa jenuh. Alam yang berada di sekitar kita akan tiada bermakna, jika tiada perhatian dan pandangan bahwa alam pun dapat memberikan pelajaran penting bagi manusia. Wallahu A'lam. Penulis adalah Sekum DPD AGPAII (Asosiasi Guru PAI Indonesia Kab. Majalengka) Guru PAI SMAN 1 Rajagaluh dan Ketua Umum AGUPENA Kab. Majalengka

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)